Namaku Jingga. Aku rasa aku pasti berjodoh dengan Senja. Kenapa? Karena hampir tak ada hari yang aku lalui tanpanya. Yaa..walaupun dia tak pernah berkata jika ia mencintaiku, tapi sebaliknya ia jatuh cinta pada Mentari. Ia bisa jatuh cinta, bahkan terus menerus mencintainya walau tak sekalipun mereka pernah bertemu. Senja jatuh cinta lewat omongan mereka, orang-orang itu, mereka selalu bercerita jika Mentari adalah sosok yang ditunggu-tunggu, sosok yang cerah ceria dan menceriakan, siapapun akan kembali bangun dari lelapnya untuk kembali bersemangat menjalani aktivitasnya. Padahal apa bagusnya? warnanya terlalu terang, semakin lama semakin membakar. Bukankah warnaku jauh lebih bagus darinya? Jauh lebih lembut, dan damai. Kalian setuju? Oh ya aku sendiri pernah bertemu dengannya, hanya sesekali saja. Kami pernah pergi bersama, aku yang kadang-kadang beringsut-ingsut membungkusnya
dalam awan yang gelap. Aku juga tak selalu bersama dengan senja, aku akan mengalah saat lengkung malam mulai rebah
Senja dan Mereka
*****
Namaku Surya. Aku bersahabat dengan Mentari. Walau aku tahu dia ingin sekali menganggapku lebih dari itu, karena dia teramat mencintaiku. Tapi bagiku dia hanyalah saudara, karena sepanjang hari kami selalu bersama. Aku sudah jatuh cinta pada sosok lainnya, namanya Jingga, dan aku tentu saja pernah bertemu dengannya. Jingga yang menemani kemunculanku, seperti embun pagi yang selalu datang setiap esok, menjadi bulir-bulir air disetiap ujung semak yang melambai.Jingga akan semakin memudar dan berganti menjadi terang. Ia kembali datang kala aku menuju pulang, selalu begitu jika petang datang. Aku percaya jika ia selalu membawa kedamaian, ketenangan, dan aku percaya jika banyak orang di dunia ini yang dengan sukarela menghentikan aktivitasnya hanya untuk menatap Jingga.
*****
Namaku Mentari. Orang bilang akulah penerang siang. Aku adalah jalan yang membuat alam ini menjadi lebih hidup. Dengan kekuatan terikku, ada
kembang-kembang yang layu segera. Dengan keelokanku, banyak yang
merindu saat aku belum lagi menyinari. Selamanya, akan menjadi
seperti ini. Aku selalu membawa kehangatan. Bahkan, aku mampu meleburkan jiwa-jiwa yang dingin bak salju. Banyak orang rela mendaki seberapapun tingginya gunung hanya untuk menyapaku, melihat dan menatapku secara (mungkin) lebih dekat. Banyak yang jatuh cinta padaku, dan menaruh harapan kepadaku, tapi entah kenapa dia yang kucinta bahkan tak penah ingin membalas rasaku. Setiap hari aku selalu menemaninya, apapun keadaannya. Aku selalu menyapanya bahkan di suatu sore yang sendu, kenapa ia masih saja menunggu? Menunggu sosok yang bahkan tak pernah merindu.
*****
Aku Senja. Apa ada orang yang tak menyukaiku? Siapa yang tak pernah menunggu kehadiranku? Mereka menyukaiku, mereka setia menungguku, mereka mencintaiku, mereka memujaku, mereka akan sangat bersedih jika sehari saja aku tak muncul. Mungkin karena tertutup mendung, atau bahkan hujan. Entah kenapa mereka menyebut aku sumber inspirasi. Banyak karya tercipta karenaku, dan aku sadar itu. Dulu aku pernah sangat jatuh cinta pada Mentari, jatuh cinta tak butuh mata. Tapi Aku masih butuh telinga untuk mendengar betapa ia sangat bermanfaat bagi manusia. Kini aku sudah bosan menunggunya. Sampai kemudian, bulan datang menyapa. Sedikit mengisi hatiku yang hampa.
Kuungkapkan kepadanya,aku tersiksa karena rindu. Karena rindu ini tak
tersampaikan kepada sang mentari yang bersinar terang.Perlahan-lahan,
aku mulai menyukai bulan. Ia sangat sering mendengarkanku,menasehatiku,
menemaniku membicarakan permasalahanku. Tidak seperti mentari yang cuek
dan tak suka memberi hati, jangankan itu, waktu saja tak pernah ia beri padaku. Sampai pada akhirnya, bulan mengucapkan kalau
ia juga menyukaiku. Kala itu, kulihat erat-erat rembulan, kuamat-amat. Ada mentari disana,
kulihat mentari disana. Benar saja, ternyata rembulan memantulkan sinar mentari. Ah,hatiku jadi galau. Aku masih mencintai mentari.
*****
Si pengarang sedang memikirkan apa ya? (Tugas analisis pelajaran sastra) Kebanyakan analisis yg q buat hanya persepsi ku belaka, sama sekali tidak mewakili isi hati penulis. Kali ini tidak mau menganalisis (baca: berandai-andai), tp langsung ingin tanya saja.
tunggu dulu, menurutmu persepsimu sewaktu saya menulis ini, apaaa??