Jawa Timur kapan hapus amaLan ???



Jawa timur dan jawa barat, sama sama jawa, tapi sejujurnya banyak banget bedanya...

Walaupun namanya sama jawa, tapi beda suku bangsa, jawa timur ya jawa, jawa barat sunda. Kalau beda suku, beda bahasa juga. Sejujurnya, dari mulai saya kecil, waktu saya masih duduk di bangku sekolah dasar, saya sudah (sangat) mengidolakan sunda, bahasanya, dan Bandung (kotanya). Tak tahu kenapa, rasa itu muncul begitu saja, dan kala itu (masih sangat membekas di memori otak saya) saya bercita-cita untuk mempunyai kehidupan di sunda.  Anehnya, cita-cita itu masih berlanjut hingga saya menulis saat ini. 

Yaa..cita-cita saya (tentunya untuk masalah hati) bisa berjodoh dengan orang sunda, mempunyai mertua orang sunda (iyalah), punya pekerjaan dan kehidupan di tanah pasundan. (Semoga Tuhan membaca, aminn)
Kalau ditanya kenapa, sejujurnya (lagi) susah sekali menjawabnya. Ini cita-cita murni yang keluar dari hati saya saat masih bocah yang tentunya tidak punya ekspektasi, referensi, serta pengalaman terkait hal ini.
Bahasa merupakan perbedaan mendasar antara dua suku ini. Selanjutnya, (berdasar riset saya selama ngebolang) jika dilihat dari karakter manusianya, orang jawa cenderung lebih keras dari orang sunda. Hal ini dapat dilihat dari dialek mereka, dari aksen atau logat untuk percakapan sehari-hari yang mereka gunakan, dan tentu saja intonasi. Sifat manusianya, orang jawa lebih blak – blakan, terbuka, dan (agak) tidak punya malu. Orang sunda (sedikit) lebih sungkan. Itulah sedikit perbedaan dari manusia-manusia yang saya temui selama perjalanan saya liburan lalu.

Ada satu perbedaan yang membuat saya semakin bercita-cita hidup di tanah pasundan adalah alamnya. Kalau masalah suasana atau udara, sepertinya tidak perlu dibahas dan dipertanyakan lagi. Jelas Bandung jauh jauh jauh jauh jauh lebih dingin daripada Surabaya (tentunya berkali kali lipat). Saya juga berpikir, kalau saja saya kuliah di Bandung, saya tidak perlu mengeluarkan uang untuk membeli kipas angin seperti di Surabaya yang tidak pernah mati (nyaris) 24 jam.

Satu hal yang baru saya tahu, sadari, dan membuat saya takjub. Masih berhubungan dengan alam karena memang Jawa Barat merupakan provinsi yang dikelilingi pegunungan. Saat saya memakai kereta dari Garut menuju Bandung, saya yang awalnya sangat mengantuk dan berniat tidur selama perjalanan , mengurungkan niat dan terus terjaga hingga si ular besi berhenti di stasiun Bandung. Kenapa? Karena pemandangan dari kereta yang TIDAK PERNAH saya temukan dalam perjalanan saya di jawa (Jawa timur dan jawa tengah). Dari tempat saya di gerbong dua, saya mampu melihat gerbong-gerbong belakang melalui jendela kaca. Bagaimana gerbong-gerbong itu berbelok, melengkung mengikuti rel yang mengitari pegunungan. Suatu hal yang (sangat jarang) saya temui di jawa. Hampir dua puluh tahun yang setiap tahunnya pasti saya menggunakan kereta, saya sama sekali belum pernah melihat melalui jendela dimana saya duduk, gerbong-gerbong di belakang berbelok, menukik mengikuti alur rel. Didampingi dengan hijaunya pepohonan pegunungan.

Terakhir yang sangat saya ingat, di sunda TIDAK ADA penarikan amal untuk mendanai pembangunan masjid seperti yang dilakukan orang-orang jawa timur bagian timur  (surabaya ke timur; bangil, pasuruan, probolinggo, lumajang), yang (katanya) orang-orang yang biasa melakukan hal itu adalah orang madura.  beda bahasan lagi (-.-), tapi tetep saja mereka di provinsi jawa timur. 

Duh..kapan ya di Jawa Timur bisa bebas orang-orang mencari atau bahkan sedikit memaksa orang lain untuk beramal ? logikanya, yang namanya amal itu sukarela, kalau kita mau pasti kita datang tanpa diminta, sebalikanya walaupun dipaksa kalau tidak mau ya tidak akan diberi uang -.-

10 Responses so far.

  1. Unknown says:

    sok atuh neng ka bandung, urang mah arek milu .yariueken jodoh mojang bandun...:)
    tapi ayeuna bandung teh geus hareudang keneh, teu tiris tuing....:)
    arti'y
    ayo wez mbk neng bandung aku arep melok, nyari jodok cewek bandung...:)
    tapi sekarang bandung sudah panas, gak dingin banget.:)

  2. boneeto says:

    hayu atuh kang, iraha palay kaditu? kang pije neangan cewek, urang ge tiasa teang cowok..hahahaa....walaupun bandung udah ga dingin, seengganya juga ga sepanas surabaya mas --"

  3. Unknown says:

    betul-betul....hahaha

  4. Dany says:

    Iya nih, sama kaya saya juga, sedari kecil pingin banget tinggal di Malang, pengen hidup di sana dan pengen menghabiskan sisa hidup di sana. Meskipun memang kota Malang lokasinya di Jawa Timur, tapi suhu udaranya berbeda jauh dengan Surabaya yang panas. Ahhh, semoga Tuhan mewujudkan impian saya untuk tinggal di Malang.

  5. Unknown says:

    pesona jawatimur. seindah dan senyaman apa pun di negeri orang tak akan senikmat di tanah sendiri.

    #jawatimuran rek

  6. Unknown says:

    nambah lagi nih mski domisili skrg di jogja, sifat blak blak kan dan keras lebih merujuk kepada org jawatimuran. org jateng dan jogja juga terlalu selow. bisa dibilang kurang bergairah -_-

    # bukan maksud rasis.

  7. Unknown says:

    Betul betul .. setuju rek .. hehehe 👍👍👍👍👍👍

  8. Unknown says:

    Lah kon gong eroh yo opo jawa timur.......
    Uapiiiiiik e pwuoooooooool rek,jatim bersatu

  9. Oky says:

    Agak heran sih pas baca dibagian kalimat ini "Bahasa merupakan perbedaan mendasar antara dua suku ini" yg di bahas tentang logat jawa yg lebih kasar. Klo Jawa Timur emang sih jawanya kasar, apalagi kan emang campuran sama madura klo jawa timur. Beda lagi klo di Jawa Tengah, yg emang murni bahasa jawa.

    Masalah kotak amal pinggir jalan itu, emang banyak di daerah jatim khususnya daerah tapal kuda. Hanya saja itu biasanya yg melakukan bukan orang jawa dan biasanya emang yg jadi pengikut salah satu ormas yg dominan di jatim. Saya sendiri pernah tinggal di beberapa kota di jatim, dari yg bagian timur sampai barat.

Leave a Reply