Kost Rumah Tangga dan Serba Serbi di Dalamnya

Saya mau cerita tentang kehidupan saya di Gresik. Tapi hanya sebagian, iya sebagian kecilnya saja. Nantilah saya cerita tentang wisatanya, kulinernya, budayanya, komunitasnya. Sekarang, tentang "tempat tinggal" saya dulu ya. Kos-kosan saya, kos rumah tangga.

Kenapa saya pilih kos rumah tangga? Kebetulan. Well, saya bukan orang yang percaya kebetulan memang. Yang jelas pertama kali saya ke kota Santri ini tanggal 5 Mei 2015, dan saya langsung kerja disini. Saya diantar seorang kawan mencari kosan di hari itu juga, bagaimana caranya saya harus langsung dapat untuk langsung ditiduri malam harinya.



Dia -kawan saya-, pernah melihat sebuah kosan di belakang Giant, alias daerah Pongangan. berangkatlah kami kesana, dan langsung menjujug sebuah kosan, yang ternyata kos rumah tangga. Tapi nggak mutlak, single juga boleh ngekos disana. Masih ada satu kamar kosong disana, di lantai pojok, lantai satu, dekat kamar mandi. Lihat kondisi di dalamnya, lihat kamar mandinya, tanya berapa harganya, saya langsung bayar dan langsung saya tempati.

"Gila lu ya. Ini cari kosan buat sebulan, bukan hotel yang buat semalem doang," itu komentar teman saya begitu saya membayar.
Yaudah sih, males ribet juga cari-cari lagi. Lagian oke kok, nggak kumuh juga. Saya mah nggak ribet urusan tidur. Kalo traveling apalagi, pom bensin, masjid, stasiun, terminal, pelabuhan, semuanya pernah. Apalagi urusan belakang (baca: BAB), di hutan juga bisa. Eh tapi jangan bilang bisa boker dimana aja sebelum kamu beneran bisa ngelakuinnya di dalem kereta ekonomi yang sambil jalan itu. Hahahaa

Lanjut soal kosan. Saya orangnya setia. Kalau sudah kadung sama dia ya sama dia, kecuali dia yang ninggalin saya *ini BAPER lagi anaknya* Maksudnya, kalau sudah nyaman ya udah, ngapain mesti pindah kan? Ini bulan ke LIMA saya di kota Pudak ini, berarti juga bulan ke LIMA saya di kosan itu.

Keuntungan :
- Kalau ada apa-apa, gampang minta tolongnya.
Misal, pinjam alat-alat kebersihan rumah tangga atau alat masak, si ibu-ibu pasti punya. Pinjam alat alat pertukangan dan perbengkelan, si bapak-bapak pasti punya.  Pernah dua kali terjadi sesuatu pada si jupe, motor saya, mereka yang bantu.

- Mereka kan pada punya anak tuh, dan saya suka sekali anak-anak. Jadi, ya udah, penghiburan gratis kan. Ada yang saya ajak mainan, ngobrol, yang belum terkontaminasi masalah seperti layaknya orang dewasa. Saya sering bosan ngobrol dengan orang dewasa.

Yang saya ingat keuntungan terbesarnya ya dua itu. Kerugiannya? Dulu, pas awal-awal, saya kan emang insomnia. Tengah malem saya bisa ngobrol sendiri, atau nyanyi kenceng gitu, saya dimarahin gegara anak mereka pada tidur. Nah, di pagi buta, saat jam tidur saya, mereka ganti berisik setengah mati dengan para bayi. Gantian aja saya marahin.

Lalu....beberapa mereka juga suka cerita (baca : curhat) ke saya, ya si ibu-ibu, ya si bapak-bapak. Mungkin karena menganggap saya sendiri, sambil mereka 'nuturi' ini lho susahnya berumah tangga.

Pernah suatu malam, sekitar pukul 21.30 saya baru pulang kantor, tetiba salah satu ibu, sebutlah namanya Vira, kirim pesan ke saya. Mau pinjem uang Rp 20 ribu buat uang saku suaminya yang kerja di pabrik Mie Sedap. Lha di dompet adanya tinggal warna biru, sama pecahan senilai Rp 8 ribu. Singkat cerita, dia pun bilang ya udah pinjam yang 8 ribu aja. 
Beberapa saat kemudian mbak Vira pun datang ke kamar, dia cerita kalau suaminya habis marah-marah lantaran si mbak itu nggak punya uang. Katanya, uangnya tinggal selembar seratusan ribu aja. Nah, untuk ke pabrik malam-malam si mas yang bernama Dika itu nggak mungkin bawa uang gede. Wong buat parkir aja cuma dua ribu. Diapun cerita bagaimana suaminya seringkali marah-marah gegara hal-hal sepele, beberapa kali juga melakukan kekerasan. Dia, entah mengapa hanya bisa diam. Malah berujar bahwa sang suami adalah orang gila, dan mewanti-wanti jangan sampai saya nikah dengan lelaki seperti itu. Ahh~~~
Adalagi, mbak Lili dan mas Faiz namanya. Mereka punya dua orang anak, DUA ORANG. Yang pertama, perempuan kelas LIMA SD, yang kedua laki-laki umur 4 tahun. Saya mikir, Lha kok bisa-bisanya setiap hari mereka tidur umplek-umplekan berempat dalam kamar kos yang sempit itu. Pernah juga suatu pagi mbak Lili cerita, kalau semalam dia terpaksa memberi obat tidur pada makanan dan minuman kedua orang anaknya, lantaran mereka tak kunjung tidur. Padahal baru pukul 20.00 WIB. Kenapa? Dia ingin bercinta dengan sang suami, dan tak mungkin dilakukan di depan kedua buah hati. Dan itu sudah dilakukannya beberapa kali. Aduh Gusti...

Satu lagi, sebut aja mbak Rara, dan sang suami mas Yudis. Punya satu anak belum genap 2 tahun, perempuan. Si mas ini punya motor gede kece dan saya pastikan harganya mahal, belum lagi perawatannya. Di otak saya, kenapa sih mereka nggak ngontrak rumah kecil-kecilan aja dan ngorbanin mogenya diganti sama motor biasa?? Si anak yang bernama Mila itu seringkali dimarahi dan dibentak-bentak oleh kedua orangtuanya, apalagi si Ibu. Padahal anak-anak, itu masih bayi pula, tahu apa? Pokonya saya nggak pernah setuju dengan pola asuh mereka.

Di kosan itu memang nggak boleh kumpul kebo. Alias laki-laki perempuan yang satu kamar harus punya surat nikah, iya oke saya setuju. Lalu bagaimana kalau tengah malam saat semua terlelap, ada laki-laki single yang masuk ke kamar perempuan single dan mereka tidur bersama? Ya saya pernah tahu beberapa kali. Itu memang bukan urusan saya, yaudah.

Begitulah sekilas kehidupan di kos Rumah Tangga versi saya...
 

Raya Belitung, GKB, 18 September 2015

5 Responses so far.

  1. rhaggill says:

    Kost-kost2an yg penuh dengan dinamika kehidupan lintas status..greget sama jeung lili ya. dan tidak setuju dgn kelakuan jeung rara...

  2. boneeto says:

    Hahahaa masih ada jeung jeung yg lain lo pak. Ada om om pula. Yuk mari mampir sini

  3. rhaggill says:

    kapan2 kita bisa ngeuno disana ya bu..
    serius iki..

  4. Andyra says:

    Mohon informasi alamat lengkap kosnya Mbak.
    Jika ada nomor kontak pemilik kosnya juga.
    Terima kasih.

Leave a Reply