"Karena nggak pernah ada rindu yang sederhana."

"Kamu sendiri yang nggak mau menyederhanakannya, Ndin."

"No no, nggak bisa. Bahkan nggak ada jaminan rindumu bakal selesai dengan hanya sebuah pertemuan."

"Dan harusnya itu nggak terus terusan jadi alibimu untuk tidak mengusahakan sebuah pertemuan. Izinkan aku heran kepadamu. Kamu bisa sangat amat frontal menyatakan ketidak-sukaanmu terhadap seseorang. Kenapa sebaliknya nggak bisa? Untuk orang se-ekspresif kamu, itu bukan hal susah, nampaknya."

"Ehmmmm..."

"Kalau sayang bilang. Kalau rindu pulang. Bukankah itu hal gampang?"







Ada yang nanya, blogmu apa kabar? Kamu nyampah di mana sekarang? Kesibukanmu makin banyak, harusnya sampahmu juga makin banyak kan? Yaa... postingan terakhir bulan Juni, empat bulan lalu. Blog ini seperti rumah buat saya. Sejauh apapun saya pergi, selama apapun saya bermain, saya akan pulang ke sini lagi. Pengennya ke hatimu gitu juga, mas.

Sempet berencana ninggalin emang, tapi sudah terlanjur nyaman nyampah segala macem di sini. Entah ada yang baca atau enggak. Dan, setelah sekian lama nggak galau, saya galau lagi. hahahaa... Seneng sih, berasa perempuan, masih punya ati gitu rasanya.






"Bentar, bentar. Ini kamu beneran suka sama dia? Sejak kapaaaan?"
"Aku nggak pernah bilang begitu."
"Kamu nggak perlu ngomong secara eksplisit Ndin. Ngomongin apa aja larinya ke dia, everbody knows. Semua orang bisa menyimpulkan."
"Entah. Mungkin sejak di panggung pertunjukan. Sejak sering ngobrol. Sejak berjarak. Sejak dia tiba tiba dateng di mimpiku. Sejak ... aku nggak pernah tahu."
"Kenapa nggak mau memastikan?"
"Karena hidup nggak melulu soal kepastian."




Lalu, mau bikin cerpen judulnya "Mahalnya Sebuah Pertemuan" tapi pasti ketebak. Ahh cari judul dulu~

Kangen sih, tapi tapi tapi