Tuhan, Jangan Marah yaaa...



                “Nggak traweh Ndin?”
                “Enggak, besok aja.”
                “Anjiir. Lu puasa kan?”
                “Puasa. Entah puasa karena agama atau lifestyle. Hahahaa..”

__________________________________________________________________________________

“Kok tahun ini ramadhannya nggak berasa ya? Nggak ada rasanya.”
            “Sama mbak, nggak ada bedanya. Aku bahkan ngerasa apa imanku yang jauh berkurang ya?”

__________________________________________________________________________________

Eh ujug-ujug ramadhan aja, eh tiba-tiba udah puasa, eh sebentar lagi lebaran nih. Takut mati rasa sama yang namanya cinta lawan jenis itu jauh nggak ada apa-apanya dibanding takut mati rasa sama Tuhan lho. I’m serious.

Malam ramadhan pertama, saya isi dengan ngopi di cafe. Lupa kalau ternyata sudah ada traweh ya. Sahur kebangun sih gara-gara masang alarm. Bangun cuman buat minum sama ke belakang. Puasa ya puasa biasa di kantor. Makan siang tersedia, yang nggak puasa juga banyak ada. Buka di kantor, lalu pulang. Traweh? Males.

semoga Tuhan nggak marah sama saya

Ehmmm... apa ya, dibilang efek jadi anak rantau. Ya gimana, ini sudah tahun ketujuh juga. Masa saya baru ngerasa? Masa saya baru ngeluh? Enam tahun ini kemana aja??? Momen ramadhan jauh dari rumah, jauh dari orang tua emang sangat amat berbeda. Kalau di rumah, makan tinggal makan. Sahur biar tidur kaya kebo juga pasti bener-bener dibangunin sampai melek. Traweh ya kudu ikut jalan ke masjid rame-rame. Berasa aja, ramadhannya.

Tahun ketujuh ini, mungkin yang paling jauh sih. Beda provinsi. Hahaa... dari yang awalnya Lumajang-Jember, Surabaya-Jember, Surabaya-Bondowoso, Surabaya-Situbondo, Gresik-Situbondo, sekarang Yogyakarta-Situbondo, ya jarak emang makin jauh, tapi umur juga makin tua. Harusnya makin dewasa, makin nggak ngeluh, makin kebiasa juga. Ini artinya ramadhan ketujuh di perantauan.

Yang saya bilang di awal, perihal takut kehilangan iman, dan juga Tuhan. Balik lagi, banyak orang puasa sekarang bukan lagi karena kewajiban dalam islam, karena lifestyle, budak fashion, i dont know. Toh berdasar penelitian puasa menyehatkan, membuang toksin dalam tubuh. Gitu kan? “Utang-utang” puasa saya juga nggak pernah lunas dua tahun terakhir, saya juga makin cuek kalau emang nggak bisa bayar. Kan begini saya jadi takut, mikir sekarang.

Ada juga (sebagian) berpuasa, hanya ingin turut serta dalam euforianya. Terlebih ketika datangnya lebaran, Idul Fitri mendatang. Euforia mudik lebaran. Dulunya hanya bersifat perorangan, kini berangsur-angsur menjadi arus besar pergeseran manusia sekaligus sirkulasi uang dari kota-kota besar ke daerah-daerah.

Kekhidmatan menjalani puasa ramadhan yang dulu teramat sederhana, kini mendadak berubah sesuai tuntutan-tuntutan keharusan yang bergeser ke arah lifestyle atau gaya hidup tadi. Bergeser menjadi pemenuhan hasrat rendah duniawi. Ibadah puasa, dipahami sebagai tidak lebih dari sekadar melaksanakan tradisi tahunan untuk mengosongkan perut dari makanan dan minuman dalam sehari selama sebulan.

Akhirnya apa? Esensi beribadah cenderung direduksi menjadi sekadar aktivitas ritual dengan seperangkat tuntutan keharusan tambahan yang ditradisikan, yang sejatinya jauh dari apa yang dianjurkan agama. Seperti misalnya, keharusan menyediakan hal-hal yang menyertai pelaksanaan aktivitas puasa. Mulai dari wajib ada takjil, peralatan ibadah shalat yang baru, parsel, peringatan Nuzulul Quran, menyambut malam ganjil mulai hari ke-21 hingga ke-27, hingga menjalani umroh pada bulan ramadhan.

Semuanya, tak lagi dilakukan dalam kesederhanaan dan khidmat, tetapi makin kemari cenderung makin berlebihan dan bahkan mengarah pada persaingan untuk sekadar pamer kekayaan dan “kesalehan”.  Bukankah para warga komplek/perumahan/apapun sekarang selalu bergilir dikenai kewajiban untuk menyediakan aneka takjil di masjid? Ibadah bukannya harusnya tak usah dipaksa? In my humble opinion.

Dulu rajin traweh, ngaji, kudu khatam al-quran. Sekarang? Puasa aja untung. Beberapa saat terakhir, saya juga banyak banget pertanyaan soal Tuhan, untuk Tuhan.


Kapitalisasi religius dan fenomena religionomic. Saya bahas kapan-kapan. Otak saya sedang penuh.

__________________________________________________________________________________


“Ndin, kamu boleh baca buku apapun, tulisan siapapun, temenan dengan siapa aja, masuk komunitas apa aja. Asal jangan pernah telan mentah-mentah semuanya.” (pesen Bapak saya, beberapa tahun yang lalu)

One Response so far.

  1. Hannah says:

    Halo Bos! Selamat Datang di ArenaDomino.com
    Arenadomino Situs Judi online terpercaya | Dominoqq | Poker online
    Daftar Arenadomino, Link Alternatif Arenadomino Agen Poker dan Domino Judi Online Terpercaya Di Asia
    Daftar Dan Mainkan Sekarang Juga 1 ID Untuk Semua Game
    ArenaDomino Merupakan Salah Satu Situs Terbesar Yang Menyediakan 9 Permainan Judi Online Seperti Domino Online Poker Indonesia,AduQQ & Masih Banyak Lain nya,Disini Anda Akan Nyaman Bermain :)

    Game Terbaru : Perang Baccarat !!!

    Kini Hadir Deposit via Pulsa Telkomsel / XL ( Online 24 Jam )
    Min. DEPO & WD Rp 20.000,-

    Wa :+855964967353
    Line : arena_01
    WeChat : arenadomino
    Yahoo! : arenadomino

    INFO PENTING !!!
    Untuk Kenyamanan Deposit, SANGAT DISARANKAN Untuk Melihat Kembali Rekening Kami Yang Aktif Sebelum Melakukan DEPOSIT di Menu SETOR DANA.

Leave a Reply