GARUT ituu (emang) SWISS (2)

Garut merupakan perjalanan lanjutan  saya dan Choriek setelah menjelajah Bandung. tanggal 6 Februari 2012, setelah sarapan di pasar Kebon Kembang belakang kost harian tempat kami tinggal, kami langsung bergegas mengambil tas dan berpamitan kepada ibu kost dan teteh teteh penghuni kost'an.


berjalan kaki hingga depan Dukomsel daerah Dago, kami menunggu bus damri yang akan membawa kami menuju terminal Leuwi panjang. sesampainya di terminal, ternyata bukan bis antar kota yang akan membawa kami ke Garut, melainkan sebuah ELF yang bodohnya kami pun tidak tahu berapa kisaran harganya.


perjalanan selama dua jam melewati jalan nagrek (sumpah..saya seneng banget karena ga cuma ngeliat macetnya nagrek pas lebaran di tipi doang.hehee), hingga kami pun turun di terminal garut..setelah menunggu agak lama, datanglah teman yang kami tunggu, mantan temen sekelas si choriek pas semester 1, namanya Tami. Dia dateng bawa motor, lha trus kita??? ternyata kami dinaekin angkot dua kali, dan dia yang bayarin..ohhh baiknya :p oiya tarif ELF bandung-garut tadi Rp 25000,- tapi kok kata orang cuma Rp 10000,- yaa :s masa iya ditipu lagi -.-


setelah dua kali ganti angkot, pertama tujuan wanaraja, kedua tujuan cikole. kami masih ganti transport lagi, kali ini naik delman menuju rumah Tami. perjalanan pertama di Garut, ohh dinginnya...brrrrrrrr


hari itu kami ga kemana mana, menikmati suasana pedesaan khas Garut, berasa di villa gue :D


esok harinya, 7 Februari 2012. Tami mengajak kami jalan jalan ke kota Garut, dengan transportasi favorit kami (sepertinya), angkot. diawali dengan berkunjung ke rumah nenek Tami di kota, sekalian menjemput sepupu Tami yang akan menemani kami menyusuri Garut, Teh Muti. bercakap cakap dengan nenek Tami dan keluarganya semakin membuat saya mengenal budaya Sunda.


keluar rumah, kami berjalan di (sedikit) keramaian kota Garut yang walaupun ada sedikit matahari, namun hawa dingin seakan tak mau pergi. wisata Garut hari ini adalah wisata KULINERRRRRRRRRRR


Makanan pertama yang kami cicipi adalah COLENAK, kalo peuyeum adalah nama lain dari tape, sementara colenak adalah peuyeum yang dibakar dan diberi bumbu kacang, rasanya enak dengan harga per porsinya Rp 2500,- saja.

colenak khas sunda
 kami juga membeli MORING, kata si Tami dan Teh Muti moring ini merupakan keripik khas Garut. terbuat dari ketela dan rasanya pedas. waktu saya cicipi sih ini semacam keripik maicih dan karuhun, hanya saja ada tulisan Garut di kemasannya :P harganya hanya Rp 5000,- saja per kemasan, lumayan untuk buah tangan orang rumah.


 sudah sampai Garut, ga mungkin dong kami ga mampir di outletnya CHOCODOT..Walaupun belinya ga seberapa, yang penting bukti otentinknya (baca; foto) dan kenangannya. harga cokelat dodol paling murah disini Rp 7500,-.


dari outlet chocodot, kami menyusuri jalanan malioboronya Garut menuju alun alun kota dan masjid agung. di setiap kota yang wajib saya cari ya cuma satu, kaos bertuliskan kota itu, dan saya menemukannya di 'malioboro' dengan harga Rp 20000,-
with kaos Garut


 kamipun sampai di pelataran alun alun Garut yang ternyata jadi satu dengan Masjid Agung. di lingkungan alun alun juga ada sebuah bangunan putih yang menjadi icon kota Garut, bernama Babancong. disana kami dapat jajanan gratis lagi (dari colenak tadi udah gratis, makasi Tami, Teh Muti :*) namanya MAKARONI BASAH. jajanan anak sekolah yang kami beli seharga Rp 1000,- sudah dapat banyak, rasanya,, lumayan...


 ibadah sholat dzuhur kami lakukan di masjid agung.
dinginnya Garut tak menghalangi kami untuk menikmati nikmatnya ES GOYOBOD di depan alun alun. goyobod yang hanya di temukan di tanah pasundan, dan ini memang pertama kalinya saya mencobanya, harganya juga standart, Rp 4000,- per porsinya. 
@masjid Agung Garut
@babancong
with es goyobod
 kembali ke rumah nenek Tami, sudah ada banyak sesajen (baca; makanan) di meja..buset dah..di Garut dua hari berat nambah dua kilo nih..
ada aneka macam gorengan, gehu, bala bala, combro, huwi, rasanya sama dengan di jawa, hanya sebutannya saja yang beda. indonesia kan kaya suku bangsa :D ada cimol dan cihu juga, cimolnya sih sama. kalo cihu itu tahu dipotong kecil digoreng setengah matang dan diberi bumbu seperti cimol, sama sama jajanan anak SD juga..
oya, dalam perjalanan pulang ke nenek Tami, kami juga makan baso di pinggir jalan, warna pentolnya putih dan empuk banget. ternyata itu dari daging ayam, karena itu juga harga seporsinya jadi murah.rasanya juga ga kalah meriah. tapi kalo ngomongin sambal di sunda,,emang ga ada apa apanya dibanding sambal jawa. untuk urusan teh orang sunda ga mau manis, tapi urusan sambal malah manis semua --a

makan malam hari itu adalah  KUPAT TAHU..dari saya dan choriek di Bandung udah penasaran banget ma judul makanan ini. lagi lagi kami berkata ternyata eh ternyata kupat tahu tahu adalah nama lain dari TAHU CAMPUR di Jawa. gubrak -.-

yang namanya LEUPET itu ternyata LONTONG, Sementara yang orang sunda bilang lontong itu ada isinya di dalamnya (kaya lemper).
yang namanya DOROKDOK itu ternyata RAMBAK, gampangya ya krupuk kulit sapi.
indahnya keberagaman bahasaa ^^