My October

Oktober, bulan ini tepat usia saya jadi 23 tahun. Iya, berkurang dan makin dekat dengan mati.
Bulan ini juga saya merasa satu level lebih dewasa, lagi. Banyak hal yang telah mendewasakan. Urusan percintaan, pekerjaan, dan beberapa bidang di kehidupan.

Percintaan, selepas hubungan berakhir di bulan Juli lalu, kini saya kembali baikan dengan mantan. Baikan, baikan. Banyak hal yang kami perbincangkan, tentang kekecewaan dan segala hal yang membuat hubungan itu tak lagi bisa berjalan. Semoga menjadi lebih baik di hubungan baru nantinya.

Pekerjaan, setahun sudah saya berprofesi sebagai wartawan, tentu dengan segala polemik di dalamnya. Semester pertama, saya ada masalah internal dengan redaktur. Semester kedua, tepat di bulan ini, ada masalah eksternal tentang hak cipta foto yang membuat gempar kantor. Di Gresik, Surabaya, bahkan hingga Jakarta.

Saya temperamental, memang. Tapi saya bersyukur dengan adanya masalah-masalah dalam kehidupan. Percayalah, masalah-masalah itu justru yang membantu mendewasakan. Baik itu dalam pikiran dan tindakan dalam pemecahannya. Sebisa mungkin mengontrol emosi untuk tak marah-marah membabi buta walau itu bukan sepenuhnya kesalahan saya. Berusaha menjelaskan dengan kepala dingin kepada redaktur dan mengakui kesalahan. Bertemu dengan pihak eksternal yang ternyata malah teman lama asal Jember.

"Kok kamu yang nulis. Tadinya kan aku mau marah-marah, kalau kamu kan aku jadi nggak bisa marah," ujar si pemilik foto yang oleh kawannya foto itu diberikan pada saya. See? Kawannya itu yang sengaja mengadu domba. Well, dengan segala kerendahan hati saya berani menemui lelaki itu, niatnya menjelaskan duduk persoalan, dan tetap saya tak mengaku salah, walau saya meminta maaf hanya untuk melegakan.

Nyatanya, kok justru dia yang minta maaf pada saya. "Maaf ya, aku nggak tau kalau itu kamu. Aku juga nggak tau kalau si itu yang sengaja ngasih fotoku ke kamu."

Saya jawab, "Aku nggak masalah dengan usaha pembunuhan karakter, pun dengan reputasiku, aku nggak peduli dengan hal-hal seperti itu. Tapi, sayangnya kantorku begitu peduli. Itu media besar. Dengan segala hormat, kamu bisa bikin postingan di sosmed lagi?"

Dia bilang, "Tentu, tanpa kamu suruh pun malam ini aku akan buat. Maaf ya,"

Bisa nyimpulin sendiri kan? Saya bukan orang baik. Tapi, kalau saya salah saya akan ngaku salah. Kalau nggak ya saya keukeuh. Nggak peduli apa yang terjadi.

Oya, lalu bulan ini, saya ke Bawean buat ngajar. Ketemu anak-anak, ngasih inspirasi tentang wartawan sebagai profesi. Saya bawa koran, rubrik FOR KIDS. Saya ajak mereka baca, nulis, tapi miris. Disana, ada anak kelas V yang bahkan belum bisa baca. Nanti, di postingan tentang Kelas Inspirasi tersendiri saya akan cerita banyak hal.

Yang jelas, melalui kegiatan Kelas Inspirasi di Bawean yang saya ikuti itu, saya juga merasa didewasakan. Menilik pendidikan dengan lebih dekat. Tentang budaya mereka, kepedulian terhadap pendidikan anak-anak disana, cita-cita mereka, motivasi, kurangnya alat dan SDM, segalanya.

Tuhan, trimakasih atas umur yang telah kau berikan. Semoga Barokah.
Trimakasih atas segala masalah yang ada dan saya telah didewasakan olehnya.
Trimakasih untuk segalanya...

Leave a Reply