IN LIFE, EVERYTHING HAPPENS (FOR A REASON?)

Satu minggu ini saya rasa hidup saya diikuti kesialan, setelah sebelumnya saya sesumbar tentang berbagai keberuntungan yang pernah saya dapatkan. Kalau biasanya orang nulis itu kesimpulannya di belakang, ini di depan. Jangan pernah sesumbar jadi orang, atau segalanya akan berbalik -.-


Kamis lalu (30 Januari) saya sungguh merasa kecewa, sekecewa-kecewanya, belum pernah saya sekecewa itu. Bukan karena nilai, apalagi lelaki, ini ‘hanya’ karena MERPATI yang kata orang tak pernah ingkar janji. Huwaaaa…saya mendapat pesan yang berisi jika penerbangan saya ke Makassar bulan depan diBATALKAN. Sakit rasanya, bukan karena uang, lebih dari itu. Katanya sih refund akan diberikan setelah tiga hari pembatalan, tapi jujur saja saya tak yakin, lha wong gaji direktur, pilot, dan para karyawan lainnnya belum dibayar tiga bulan, masa iya mau ngurusin duit mantan calon penumpang. Tapi bukan itu poinnya, demi apa prepare saya sudah siap 80%. Segalanya, itinerary sudah, 5 KABUPATEN siap dijelajah, teman-teman disana juga sudah dihubungi, akomodasi, daftar kuliner yang dicari, nangis ini loh T.T setelah kabar itu, saya mencari alternatif transportasi lain, kapal laut. Dan ya, saat itu juga televisi di depan mata saya menampilkan berita kecelakaan kapal di Surabaya, apa iya saya ga takut. Sampe sekarang saya masih mikir ganti destinasi atau cari tiket lagi. Air Asia juga ga jauh beda, sering ngasih promo, tapi pas mau berangkat rutenya dihapus, sakit kan? BANGET!

Itu kesialan pertama yang membuat saya (sedikit) terbully dan ditertawakan mereka yang mengenal saya, pada ga tau rasanya gagal melancong ya? Saat persiapan hampir 100% -_____-

Jumat, Sabtu, Minggu, Senin, Selasa juga ada sih hal-hal yang saya rasakan sebagai bentuk kesialan, tapi saya males ah bahas semuanya. Nanti anda semua bahagia dan semakin menertawakan saya, hiks :’

Saya kasih tau yang berhubungan dengan transport aja, pesawat udah, sekarang tentang hari Jumat (31 Januari), kepulangan saya dari Surabaya menuju Jember. Saya janjian dengan salah satu teman saya menuju terminal Bungurasih sana, yang nyatanya di pagi buta dia menghubungi dan meminta maaf karena tak jadi pulang dikarenakan suatu keperluan, oke santai. Di dalam bis kota beberapa ucapan Imlek saya dapat, dan ada nenek-nenek yang keukeuh bilang saya Chinese dan mengajak (agak maksa sih) saya untuk ke gereja bersamanya, tampang gue ga ada islam-islamnya ya :3

Sampai terminal, jujur saja saya selalu menggunakan patas untuk menuju rumah (ke tempat lain kalau sendirian juga prefer patas), dan pagi ituu..JENGJENG…bis patasnya kosong, entah ada apa gerangan, saya malas untuk menyelidik, masih pagi cyiin..yaudah mumpung saya sedang bersemangat pulang, sayapun menggunakan armada bis ekonomi biasa, lumayanlah hemat 20ribu. Bisa interaksi sama pengamen jalanan, beli jajanan di pasar berjalan, hahaa, itu kalau dilihat dari positifnya. Katanya awalnya kondekturnya bilangnya (apa sih) bis ini langsung menuju Jember, lha kok di Probolinggo kami di oper ke bis lain yang sudah penuh.

Lompat ke hari Rabu ya (5 Februari), dari Jember ke Surabaya dengan menggunakan jasa KAI, kereta ekonomi AC-Logawa. Kereta berhenti di stasiun Bangil tepat pukul 08.00, benar-benar berhenti. Tanya KENAPA??? Porong banjir, lumayan tinggi, keretanya ga bisa lewat, jadilah kami para penumpang menunggu hingga airnya (lumayan) surut. Sampe kapaaan??? Ternyata ini hari kedua, karena kemarin kejadiannya sama dan kereta baru bisa berangkat pukul 13.00, WOW…

 Saya pun turun, mana betah saya duduk lama-lama, di kereta yang berhenti pula. Sarapan di depan, barengan para pedagang asongan. Bertanyalah saya tentang kota yang memang sebelumnya saya pernah beberapa kali transit disana, hanya untuk menikmati kulinernya saja, nasi punel namanya. Kota itu memang kota kecil yang tak ada objek wisatanya, banyak orang arab disana, hahaa. Akhirnya sayapun memutuskan untuk tak jadi pergi kemana-mana. Banyak penumpang yang memilih melanjutkan perjalanan dengan bis saja, tak peduli walau uang tiket tak dikembalikan. Awalnya saya ingin mengikuti jejak mereka, sendiri juga bukan masalah untuk saya, toh Surabaya juga sudah dekat. Namun entah mengapa saya mengurungkan niatan itu, mengingat agenda saya adalah pukul 16.00 dan itu memang masih lama. Saya pun menunggu, ingin tahu apa yang akan dilakukan BUMN ini jika menghadapi kendala semacam ini.

Tik tok tik tok…1,5 jam berlalu…penumpang dengan tujuan Surabaya diperintahkan untuk turun dari kereta, saya sih sudah dari tadi -.- Sementara penumpang dengan tujuan selanjutnya (Jombang, Kertosono, Solo, Jogja, Purwokerto) tetap di kereta karena kereta akan segera diberangkatkan melalui jalur selatan. Selanjutnya diinformasikan jika penumpang tujuan Surabaya akan disewakan bis untuk menuju kesana, GRATIIIS. Oke pemirsa, nampaknya penantian saya tak sia-sia, perusahaan pelat merah ini berusaha untuk bertanggung jawab terhadap para pelanggannya. 3,5 jam, bisnya datang jugaaa…lama ya? Iya. Ehm…bisnya bagus loh, bis pariwisata yang ternyata mereka menyewa dari Waru sana, pantes lama. Perjalanan berlanjut menuju ke Surabaya dan siapa yang menyangka kami diturunkan di stasiun Gubeng Baru, seperti layaknya kereta. Total 8 jam perjalanan saya Jember-Surabaya -___-

Terimakasih usaha pertanggungjawabannnya PT KAI, penanganan untuk kasus-kasus selanjutnya semoga bisa lebih cepat lagi. Saya akan lebih berterimakasih lagi, andai saja saya bertemu jodoh selama terlantar 3,5 jam itu :p

Intinya apa? Dalam hidup apapun bisa terjadi. Saat merasa berhadapan dengan kesialan, kita bisa kok melihat dari perspektif lain yang lebih menguntungkan. Pengalaman ke Makassar make kapal laut nanti (mungkin), pengalaman naik bis ekonomi yang lebih murah tentunya, dengan aneka jajanan dan musik jalanan, berinteraksi dengan para pedagang asongan saat terpaksa transit, dan mengetahui tindakan yang dilakukan sebuah perusahaan besar. Be Positive Thinker!!!

Satu lagi, hari rabu itu saya juga tes TOEFL, skor buat lulus minimal 450, tahukah anda berapa skor saya??? 445..miris?tragis? ini saya ga tau positifnya apa,,huwaaaa T.T