“Mind Your Own Business” and “Get a Life” !!!

Saya seringkali mendapati pertanyaan “sudah traveling kemana saja kamu?” dan sungguh demi Tuhan saya sangat amat benci dengan pertanyaan tersebut.

Ada beberapa pertanyaan yang mencerminkan arogansi. Seperti: “Sudah pernah ke mana saja?” “Terakhir traveling / backpacking ke mana?
Menjawab pertanyaan seperti itu seringkali menjadi beban. Beban untuk menjawab pertanyaan selanjutnya. Pertanyaan yang bisa apa saja, mulai dari bahasa, mata uang, tata kota, kuliner, budaya…

Pertanyaan macam “Sudah pernah ke mana saja?” “Terakhir backpacking ke mana?“ hanya patut dijawab di permukaan. Pertanyaan yang menunjukkan arogansi si penanya, yang mungkin sudah pergi ke banyak tempat namun tak jelas, apakah dia mengetahui hal-hal di balik permukaan?

Kalo ditanya sudah kemana saja: saya selalu menjawab, belum pernah kemana-mana. dengan begitu si penanya pun akan langsung menang, mutlak.

Dunia terlalu luas untuk disudutkan dengan pertanyaan “udah kemana aja?”. Apa yang kita ‘dapat’ seringkali malah nggak cukup dibahasakan, apalagi kalau hanya diwakili dengan “gue udah ke a,b,c…”

mengutip pernyataan saudara kembar saya "karena tidak pernah ada standar angka, berapa destinasi minimal yang harus kita tuju untuk mendapat sebutan seorang petualang sejati." (Claudya Tio Elleossa, 2013)

 Semakin sering traveling belum tentu membuat traveler semakin dewasa. Tergantung apakah dia peka atau tidak.

Tujuan traveling? Tidak harus dishare pun tak apa, silahkan disimpan sendiri, saya juga menyimpan tujuan traveling dalam hati.
 pernah ada kasus menyoal film 5 cm yang membawa banyak penontonnya berbondong-bondong mendaki gunung semeru, menuju Mahameru, puncak tertinggi Jawa.
tak sedikit juga Sinisme dari para pejalan soal baru-tahu-menahu-gunung-semeru. Sarkasme soal banyak-pemandangan-yang-lebih-bagus-dari-itu. Banyak juga yang meremehkan penikmat “5 cm” yang ingin coba mendaki gunung.

banyak traveler, termasuk saya yang punya kekhawatiran khusus soal ini, terutama, karena banyak traveler yang belum concern akan lingkungan. Awalnya saya khawatir para ‘newbie’ ini tidak tahu-menahu soal dampak lingkungan. Tapi toh.. Traveler ‘kawakan’ belum tentu peduli juga.

Kita berjalan, kita memotret, kita menulis soal traveling. Kita ‘meracuni’ banyak orang untuk keluar dari zona nyaman dan melihat dunia. Come on, there’s always be the first time for everything. Tidak perlu kritik, sinis atau sarkas yang berlebih.

"Jangan pernah terlalu sibuk dengan urusan orang lain."

"Beruntunglah pejalan yang sibuk dengan perjalanannya sendiri, tidak dengan perjalanan pejalan lain. Jalan Petualang, jalan yang sepiii"