Berjuta Kejutan dalam Trip DIENG ... (2)



3 Februari 2013-pagi ini kami segera melanjutkan perjalanan ke dataran tinggi tertinggi nomer 2 di dunia setelah Nepal, yaa..Dieng! rutenya??  Ke terminal dulu, lanjut cari bus ¾ ke Wonosobo, dari wonosobo cari mikro bus menuju Dieng dan turun dipertigaan Dieng, sekitar 4 jam perjalanan dari Purwokerto.

Tahukan anda..pagi ini irsyad menyadari mengapa ranselnya yang paling kecil dan paling ringan diantara kami bertiga, terlepas dari spekulasi jika pria jauh lebih praktis daripada wanita, ternyata ia lupa tidak membawa baju untuk trip kami 5hari 4malam itu,hahahaaa.

Sampai sana kami menuju masjid untuk beristirahat sejenak, dan memikirkan bagaimana itinerary kami selanjutnya, lagipula hujan juga tengah mengguyur kawasan Dieng saat itu. Sebenarnya kami sudah punya satu kontak dari forum ‘Backpacker Indonesia’ yang bisa kami hubungi saat tiba di dataran tinggi itu, namanya Mugi ‘Mogel’ Raharjo. Yaa..terlepas dari untuk apa, setidaknya dia warga sini jadi mungkin dia bisa memberi ‘sesuatu’ untuk petualangan kami ini, lagipula kami berada dalam satu forum dan belum pernah bertemu sebelumnya, jadi mungkin saat itulah cara Tuhan untuk mempertemukan kami yang satu hobi *halah*
masjid singgah kami :)
Pas di telpon si Mogel malah suruh kami turun di tempat rafting sungai serayu di daerah Banjarnegara yang kami lewati tadi, yaelah..katanya dia juga lagi ada dua anggota forum BPI yang lagi mau rafting, kali aja kami mau kan bisa join. Masalahnya kami bertiga sama sekali ga ada anggaran untuk rafting, pengen sih..tapi duitnya,kapan-kapan ajalah..akhirnya kami memutuskan untuk menunggu di telaga warna bersama teman-temannya yang nanti kami temui disana.

Setelah hujan cukup reda, kami pun memutuskan untuk berjalan kaki menuju telaga warna. Lumayan jauh sih, lebih lah kalo orang bilang hanya 1km saja,apalagi jalannya nanjak -.- pantas saja banyak yang menawari kami ojek, karena sejauh mata memandang kami tak melihat ada manusia berjalan kaki selain kami bertiga.

Masuklah kami ke telaga warna dan bilang hendak bertemu mas Mogel, bertemulah kami dengan banyak temannya dan entah demi apa kami malah disuruh mencoba wahana baru mereka, flying fox gratis di atas telaga warna, WOW! Ketemu orangnya aja belum, udah dapet gratisannya :D

ini mau flying fox :D
ini di atas telaga warna
Sebelum maghrib tiba, mereka mengajak kami ke penginapan yang telah mas Mogel persiapkan untuk kami, di rumah kawannya, mas Kozen namanya. Maksud hati ingin mandi, karena jujur terakhir saya mandi itu jumat malam, dan waktu sampai rumah mas Kozen itu sudah minggu sore. Jadi mandi? Tentu saja tidak :s udaranya saja sudah dingin, apalagi airnya, ditambah kamar mandinya yang…tidak SNI menurut saya. Dari kami bertiga hanya Chorieklah yang rela mandi, padahal pagi tadi dia juga sempat mandi di stasiun Purwokerto, kalau ditanya gembel paling bersih ya dia -.-

Sekitar jam 7 malam mas Mogel datang, kami berkenalan dan saling sharing perjalanan selama ini. Hingga akhirnyaa…diputuskanlah besok pagi kami bertiga ingin ke bukit sikunir yang terletak di desa tertinggi di pulau jawa bernama desa Sembungan untuk mengejar sunrise, desa itu sering disebut desa di atas awan. Semacam mengejar sunrise dari bukit pundak di mojokerto lah, tapi jelas saja berbeda, ketinggian sudah jauh berbeda, apalagi suhunya nanti.

Tanggal 4 pukul 3 dini hari, si Mogel sudah mengetuk pintu kamar saya dan Choriek, ya Tuhan..boleh dibatalin ga? Enak banget dibawah selimut gini, dasar manusia..eh malah kami cari dingin jalan-jalan keluar :s demi apa? Demi melihat keindahan yang Ia ciptakan :)

Sekitar setengah 4 kami melaju berenam (yang dua itu mas Kozen dan mas Taufiq), dengan tiga sepeda motor tentunya  kami melaju menuju desa Sembungan. Sumpah ya kalau ditanya saya pernah ke gunung mana aja, saya memang hanya pernah ke Bromo dan Tangkuban perahu saja, ditambah bukit Pundak Mojokerto itu (walaupun banyak orang meragukan ‘kegunungan’nya -.-). Tapi disinilah, di desa tertinggi ini, masih ditambah ke bukit sikunirnya dengan tracking sekitar 20-30 menit persiapan saya paling minim dibanding sebelum-sebelumnya. Bayangkan saya tracking mendaki bukit, sebenarnya yang paling dingin perjalanan menggunakan sepeda motor dari dieng ke desa sembungan (Sekitar 15-25 menit), saya hanya mengenakan dua kaos ditambah satu jaket, celana jeans biasa, sandal jepit sangat biasa, syal, dan topi. Sandal jepitnya itu loh yang….awkward moment banget :3

Untungnya sih kuat, dan kami berenam berhasil menyelesaikan trek dan sampai dipuncaknya dengan berjalan kaki selama 22 menit, Alhamdulillah :)

Dapet sunrisenya? Engga..ketutup kabut men -.- tapi subhanallah..tetep indah kok :DD ga nyesel deh, yang paling nyesel pasti yang udah jauh-jauh ke Dieng tapi malah ga usaha ngeliat sunrise di bukit Sikunir :p yaa walaupun kami ga dapet setidaknya kan kami usaha :p oiya, jauh jauh ke dieng, naik ke sikunir, eh ketemunya teman-teman kuliah saya juga. Ada tiga teman kuliah saya yang cewek semua dan nekat 3 hari 2 malam ngecamp di sikunir, subhanallah..kuat ya sama dinginnya...

inilah poto-poto kenarsisan kami di atas bukit Sikunir :








Sekitar jam 9an, kami cabut dr sikunir. Wisata Dieng kami tuntaskan dalam setengah hari :D karena kemarin kami sudah ke telaga warna dan telaga pengilon yang di dalamnya juga ada gua jaran, gua sumur, dan gua (saya lupa apa namanya –“). Setelah dari sikunir kami langsung menuju DPT (Dieng Plateau Theater) sumpah males sih sebenernya, paling juga Cuma diputerin film documenter sejarahnya dieng aja :s mending saya liat keindahannya pake mata, daripada pake pilm :p tapi si Mogel maksa, okelahh..dan Alhamdulillah..teaternya masih tutup karena itu hari Senin, jadinya sepi, jadi kami juga Cuma poto-poto di depannya aja, lanjut ke kawah sikidang dan candi Arjuna. Komentar saya? Kawah sikidang, boleh saya bandingin sama kawah putih di Ciwidey? Engga ada apa-apanya mah, panas banget dan bau belerangnya pekat banget. Candi arjuna? Kalo ada ekspektasi kaya gimana-gimana mending juga gausah kesana deh.

ini kami di DPT
ini di kawah sikidang
Sesudah dari sana ya kami balik ke penginapan kami, disitulah hati kami mulai dag dig dug. Kenapa? Takut liat laporan keuangannya Mogel -.- ceritanya gini, kami kan dapet rekomendasi nomernya dia dari anak-anak BPI, kami kok jadi ngerasa di guide’in dia ya..terlebih bahkan trip kami di dieng di intervensi dia. Takutnya dia minta bayaran, semacam guide atau travel agent gitu. Mending travel agent, jelas..tarifnya di awal, dikasih pilihan mau kemana aja. Nah dia? Emang kami yang milih mau kemana, tapi dia tetep ngintervensi dan itu kesannya maksa banget :3 belom lagi kalo tarifnya bikin kami terkejut. Nah malam harinya saya memang sempat berkomunikasi alias Tanya jawab dengan salah satu anggota BPI yang juga pernah jalan bareng Mogel di Dieng. Katanya mba mba kantoran ini dia dikenai tariff 400 ribu men..