SYARAT



Bulan September ceria, merupakan bulan ke-11 saya bekerja di perusahaan media cetak terbesar di Indonesia saat ini. Sebelas bulan. Wajar kalau jenuh kan?

Titik jenuh terdahsyat terjadi pada Agustus lalu. Biasanya dapat teratasi dengan sekadar ngopi bersama geng cangkruk di kota Pahlawan, rumpik bareng bichiers geng saat kuliah, pacaran, belanja-belanja absurd, main layangan sama anak-anak, atau bahkan traveling sendirian.

Nah, bulan lalu saya sampai lamar sana sini cari kerjaan baru, dan juga nemuin psikolog. Biasanya saya memang sering ketemu psikolog buat liputan. Tapi pertengahan bulan lalu, tetiba saya menghubungi psikolog kenalan saya itu untuk minta jadwal ketemu, pure untuk konsultasi.
Saya cerita apa yang saya rasakan. Jawabannya? Sama seperti kebanyakan. Just be realistis. Normatif. 

Saya bilang saya bosan. Sudah nggak merasa tertantang. Lalalalaa. Jawabannya :

Psikolog (Ps)   : “Apa hal yang paling membuatmu bersemangat?”
Saya (Sy)         : “Traveling”
Ps                    : “Kapan terakhir traveling?”
Sy                    : “(ini saya mikir keras) ehmmm Maret. Lima bulan lalu. Eh tapi mba, kalau tiap libur seminggu sekali kan saya ke Surabaya saya pasti jalan-jalan. Minimal ke Kenjeran.”
Ps                    : “Tapi jawaban pertamamu Maret. Berarti Kenjeran nggak masuk hitungan traveling kan? Kamu traveling dulu. Kalau sudah, kita baru ketemu lagi untuk tahu apa pengaruhnya.”

Well, sebenarnya banyak yang kami diskusikan saat itu, kurang lebih dua jam percakapan berlangsung. Berapa duit? Gratislah. Makanya jadi wartawan, biar banyak kenalannya, apa-apa gratis. Kenal psikolog, psikiater, financial planner, konsultasi gratis. Dokter kecantikan, perawatan gratis. Dokter gigi, karang gigi gratis. Pengusaha baju, hijab, tas, sepatu, pelukis, karikaturis, ya semuanya gratis. Hahahaa eh tapi saya nggak pernah minta lho. Mereka yang ngasih, ya siapa yang nolak.SAYANGNYA, DI DUNIA INI CINTA NGGAK ADA YANG GRATIS *baper anaknya baper

Singkat cerita, saya masih kerja di media cetak ini hingga sekarang, dan saya berhasil mengatasi jenuh itu. Lewat traveling? Tentu. Itu salah satunya, banyak rentetannya.

Beruntungnya, rasa jenuh yang memuncak itu tidak berpengaruh pada pekerjaan saya. Sebisa mungkin saya kerja profesional. Pelampiasannya, saya justru sering ‘lembur’ di kantor untuk memanfaatkan internetnya. Cari lowongan di perusahaan lain yang saya incar, membuat cv, dan mengirimnya.

Ada TIGA syarat yang dapat membuat saya benar-benar KELUAR alias RESIGN dari KORAN ini :
1


11)    Jika ada perusahaan / orang yang membayar passion pertama saya, TRAVELING. Saya ngincar aneka majalah travel sih. Karena biar gimanapun nulis tetep jadi passion kedua saya. Tapi saya juga lamar-lamar jadi host TV nih. Hahaa ya pokoknya saya mau jalan-jalan tapi dibayar.


22)    Kalau usaha kopi yang bakal saya namai “Traveller Cafe” itu sudah jalan. SUDAH JALAN. Yang ini syarat susah emang, butuh ngumpulin modal bro. Konsepnya kedai kopi, manual brew. Saya kepikiran buka di Jogja, Solo, atau Semarang sih. Proposal sudah ada, butuh duit berapanya sudah ada, konsep ada, niat ada, duitnya itu lho. Saya juga sudah punya grinder lho sekarang. Cita-cita punya manual grinder kualitas oke harga jutaan ini baru saya punya pas kerja. Alhamdulillah. Duit abis buat beli aneka biji kopi sekarang. Buat eksperimen.


33)   Yang terakhir, saya akan keluar kalau saya diterima kerja di NGO atau LSM yang fokus ngurusin ANAK-ANAK dan atau perempuan. Dengan syarat, gaji jauh lebih kecil nggak masalah asal penempatan di luar Jawa. Pelosok, terpencil it’s okay. Di Jawa atau metropolitan macam Jakarta dan Surabaya nggak masalah asal gajinya lebih gede dari gaji saya sekarang.
 
Setiap saya cerita ketiga syarat di atas, kebanyakan teman saya bilang, “Lu nggak bakal keluar dari koranlah kalau syaratnya begitu.” Susah kata mereka. 

Saya sudah lamar di dua majalah travel, nggak perlu saya sebutinlah ya. Memang belum ada panggilan hingga saat ini. Sebab, saya iseng kirim lamaran, niat lewat pos pula, padahal mereka lagi nggak buka lowongan. Iseng aja ceritanya. Saya juga pernah kirim foto close up (ini juga niat amat) sama lamaran buat jadi hostnya Jejak Petualang. 

Tentang NGO, sejujurnya bulan lalu dan bulan ini, masing-masing saya diterima di satu NGO. Yang pertama, Save The Children. Yap, it’s about the children. Saya berekspektasi bisa berhubungan langsung dan membaur bersama anak-anak, nyatanya tidak. Saya diterima menjadi face to face fundraiser. Dan saya tolak. 



Lalu, saya diminta KPS2K (Kelompok Perempuan dan Sumber-Sumber Kehidupan), -sebuah NGO yang lebih fokus pada perempuan dan bekerjasama dengan NGO lainnya di Australia- untuk mulai bekerja untuk mereka pertengahan September ini. Iya, saya juga daftar disana, dan dinyatakan diterima. Basa-basi, saya minta waktu berpikir selama tiga hari, untuk kemudian kembali menghubungi dan memberi keputusan. Padahal kala itu, saat dijelaskan hak dan kewajiban saya sudah tahu apa keputusan yang harus saya ambil. 

Menepati janji, dua hari terlewati, saya pun langsung menelpon direkturnya. Yang memang sudah saya kenal baik. Maklum, langganan narasumber juga. Saya jujur bilang belum sreg dengan hak dan kewajiban yang akan saya lakukan dan terima jika bergabung disana. Saya bilang saya kembali nyaman dengan pekerjaan wartawan saat ini. Saya pun bilang tak mendapat restu orang tua untuk berpindah haluan. Saya tak mungkin bilang kalau gajinya kurang kan? Walau itu termasuk salah satu pertimbangan. Separo dari gaji saya sekarang. Dengan pekerjaan yang memang jauh lebih mudah, dan saya merasa tak tertantang. Tapi saya tahu, itu pekerjaan yang jauh lebih mulia. Saya salut pada tujuh perempuan itu yang mendedikasikan diri di sebuah NGO demi membantu sesamanya. Maafkan jika saya hanya sebatas pemberi harapan palsu belaka. ]

Merasa bersalah, saya pun berusaha mencari pengganti untuk menjadi staf advokasi. Semoga mereka berjodoh. 

Lalu, sekarang apa? 

Kebanyakan teman bilang, “Semoga kamu bisa dapetin NATGEO atau apapun sesuai passion terbesarmu,” 
Ahh HIDUP.... 

Percayalah, justru kita akan bingung kalau kita tak tahu apa yang harus kita kejar 
Dan, kita bakal lebih bingung lagi kalau terlalu banyak yang dikejar 
Kenali diri, bicara sama hati, apa yang dicari... 
“Kau harus memberi syarat-syarat tertentu pada dirimu sendiri, agar tahu BATAS, dan untuk menghargai kehidupan itu sendiri. Trust me.     


*Satu hal lagi, saya merasa jauh lebih dekat dengan Tuhan sekarang. Saya butuh TIGA KALI istiqoroh untuk akhirnya yakin menolak pinangan dari kps2k. Maaf kalau saya terlalu mengandalkanMu. Sebab, saya terlalu percaya padaMu*

Pongangan, Gresik, 17 September 2015, 00.46 A.M

One Response so far.

  1. Berbahagialah disetiap langkahmu, memberikan yang terbaik untuk pribadi, keluarga dan lingkungan.. Be your self

Leave a Reply