Kamu sangat berarti, istimewa di
hati
Slamanya rasa inii
Jika tua nanti kita tlah hidup
masing-masing
Ingatlah hari iniii
gadis gadis terminal |
ini di depan keraton, masih belom buka |
masih di depan keraton |
kompleks sekitar keraton, cantik eyke yak |
masih kompleks sekitar keraton |
ini uda di belakangnya, menuju museum kereta |
noh keretanya |
fokusnya kemana |
hihihiii |
Saya, dan juga kalian semua sedang menuju
kesana. Menuju tua (atau dewasa?), menuju kehidupan masing-masing, mengejar
karir (dan juga jodoh?), iyaa..dan moment 1 hari 2 malam yang lalu, entah kapan
dapat terulang lagi. Tak ada jaminan untuk kepastian sebuah kebersamaan, jadi
selama bisa, nikmati sajaaa..
Kami para anak kuliahan sedang liburan
(saya juga libur sampai mendapat kesibukan baru, kerjaaa), dan berawal dari
sebuah ajakan seorang kawan yang mana ia seorang pekerja dan mendapat cuti satu
hari di hari Senin lalu (27 Januari) kamipun berencana untuk menciptakan sebuah
kenangan. Rencana awal, rafting di Pacet, Mojokerto. Karena alasan uang dan
mungkin cuaca yang belum stabil, kami urungkan niatan itu. Menjelang hari Senin
kami terus berdiskusi hingga akhirnya kamipun setuju untuk menjelajah kota
Solo. Satu hari?? Iya, yuk baca lagii..
Minggu
malam (26 Januari) 20.30 WIB
Kami berdelapan (saya, Bunga, Iffa, Adit,
Fery, Roookie, Aris, dan Ibad) sudah berkumpul dan menikmati seduhan kopi di
pinggir jalan. Tak hanya minum kopi dan saling bertukar cerita saja, kami juga
bermain Uno, dan saya hanya kalah SATU kali saja (eh apa dua ya? Satu ahh,
hahaa…)
Tepat pukul 23.30 kami memutuskan berangkat
ke terminal saja, bispun melaju satu jam kemudian, dan kami tiba di terminal
Tirtonadi di keesokan harinya.
Senin
pagi (27 Januari) 05.30 WIB
Sholat shubuh, bersih diri, dan sarapan
kami tuntaskan dalam 120 menit. Kamipun memutuskan untuk menggunakan taxi
(Avanza yang BISA kami isi 8 orang, hahaa) untuk menuju destinasi kami yang
pertama, keraton Surakarta. Kami mendapat harga Rp 50 rb, itu dibagi 8. Murah
kan? Sesampainya disana, ya masih pagi banget, bukanya aja masih satu jam lagi
alias pukul 08.30, jadilah kami berkeliling-keliling kompleks sekitar dulu
sambil berganti jepret dan pose. Puas berjalan kaki, kami memilih untuk menikmati
seduhan kopi di pagi hari di sebuah warung di belakang keraton, sambil
yaa..masih kok kami mainan uno.
waktu permainan |
pasca permainan dan hukuman |
Ada yang pernah GOYANG OPLOSAN di pinggiran
jalan yang banyak orang? di alun alun kota? Atau di sebuah warung makan di sebuah pasar terkenal?
SAYA PERNAAAH!!!!
PARAAAAH…….
Yang kedua bukan oplosan sih, tapi minyak
wanginya Ayu Ting Ting..
Biasanya tak pakai minyak wangi, biasanya tak suka
begitu
Saya cemburu, saya curiga.
Takutnya ada main disanaa
Solali lali, ola ola la
Solali lali, ola ola laaa ```
Itu tuh ya, momen terabsurd dan terkampret
dalam vacation kemarin. Untung urat malu gue udah putus -_____________-
ada yang lebih HINA ga??? |
Itu foto yang dipinggiran jalan, belakang
keraton. Yang pas di warung? Adanya video..mau? jangaaan…saya sampe mikir ada
ga sih yang lebih hina kelakuannya dari saya :3
Ngapain emang? Itu hukuman buat yang kalah
main UNO, inget kan di awal waktu masih di Surabaya, sebelum berangkat ke Solo,
saya Cuma kalah SATU kali. Disini gimana ceritanya saya kalah mulu. Apakah ini
sebuah pertanda jika Solo bukan kota yang baik untuk saya? Halaah..
Yuk lanjut, puas menertawakan saya, kamipun
menuju ke keraton (lagi), pastinya kan sudah dibuka loketnya, jadi yuk mari
jalan jalan ke dalam sekaraaaang…
Tiket masuk : Rp 10 rb / orang
Tiket untuk kamera : Rp 3 rb / kamera
Ada apa di dalam???
ini pas baru masuk |
lampu-lampu di keraton |
ini halaman belakangnya, lumayan luas lah yaa |
ini pas di depan, sebelum masuk |
Ada dua rute, pertama ke bagian dalam
keratonnya, untuk masuk kesana kami harus melepas sandal, yang menggunakan
sepatu tak apa dipakai saja, yang mana areanya sempit (eh maaf), abisnya
beberapa langkah ke depan sudah ada ‘batasan pengunjung’, ke kiri ada, ke kanan
ada, tutup aja sekalian keleus. Mau dibandingin sama jogja? Jangan..kasian. keraton
ini emang lebih kecil, lebih sedikit wisatawan, karena itu harganya jadi lebih
mahal. ibarat manusia sih, keraton Solo lebih introvert ya, sebagian manusia
saja yang tau sejarahnya, saya hanya tau sedikit saja..
Keraton
Surakarta yang lengkapnya dalam bahasa Jawa disebut Karaton Surakarta
Hadiningrat ini adalah istana Kasunanan Surakarta. Keraton tersebut didirikan
oleh Susuhunan Pakubuwono II (Sunan PB II) pada tahun 1744 sebagai pengganti
Istana/Keraton Kartasura yang porak poranda akibat Geger Pecinan 1743. Keraton
ini merupakan Istana terakhir Kerajaan Mataram. Kompleks bangunan keraton ini
juga masih berfungsi sebagai tempat tinggal sunan dan rumah tangga istananya
yang masih menjalankan tradisi kerajaan hingga kini.
Karena adanya
konflik internal dan campur tangan Belanda kemudian memaksa kerajaan Mataram
Islam ini pecah menjadi Kasultanan Yogyakarta dan Kasunanan Surakarta pada
tahun 1755 melalui Perjanjian Giyanti.
Puas
bercengkrama di dalam keraton, kamipun menuju ke museumnya. Yang paling saya
suka? Jelas aneka macam wayang di dalamnya, mauuuuuuuuuuuuu :3
Sudah itu saja, sekitar pukul 13.00 kami
segera mencari masjid untuk beribadah dan beristirahat sejenak
Sore harinya kami menuju kawasan pasar
Klewer, dan makan siang (atau sore) disana. Bingung makan apa, saya pun memilih
sajian nasi goreng kambing yang diikuti oleh mereka. harganya?? 30 rb per
porsinya, huahahahaaa…sayang sungguh sayang, saya hanya makan beberapa sendok
saja, karena dua hari itu nafsu makan saya berkurang sempurna, masih banyak
irisan daging kambing disana.
nasi goreng hina |
Lanjut kami berjalan kaki menuju jalan
Slamet Riyadi, tujuan utama kami, wayang orang di kompleks Taman Sri Wedari.
Loket dibuka pukul 8 malam nanti, sementara sore itu masih setengah lima. Kami
pun beranjak menuju halte Trans Solo, dengan harga Rp 3500 kami menuju ke (saya
lupa nama daerahnya) yang mana disana ada festival Imlek, ah ya di depan Bank
Indonesia (BI). Nyatanya kami masuk festival itu setelah menunaikan sholat
maghrib, petang hari. Kami menunggu dengan menghabiskan baterai kamera (baca:
poto-poto) di pingggiran jalan sana.
anak-anak muda solo banyak yang nongkrong disini juga lo |
Sekitar pukul 19.00 kami berjalan kaki
(lagi) menuju taman Sri Wedari. Setibanya disana, OMG..ini kedua kalinya saya
kemari, kala itu bahkan malam minggu, tak seramai senin malam ini. Ada apakah
gerangan??? Ah Ya Tuhan, mereka para undangan, dari fraksi partai Golkar. Do
you know what I mean? Kali ini para Caleg menggunakan seni tradisi untuk media
kampanye mereka. AWESOME!!! Minat nonton masih ada, tapi sedikit berkurang
jujur saja. Takutnya cerita tak lagi asli dan sudah terkontaminasi oleh banyak
muatan-muatan politik masa kini. Belum lagi, mereka pasti mempunyai sesi
kampanye tersendiri nanti. Namun, karena besarnya keinginan kami, kecurigaan
itupun berhasil terabaikan. Menunggu semua undangan masuk, kami juga bergegas
masuk, gratis loh gratis (biasanya bayar Rp 3ribu saja), kami mendapat tempat
duduk di lantai dua alias bagian atas alias balkonnya. Sekitar pukul 20.30
pertunjukan dibuka dengan suara gamelan, dengan judul PETRUK KEMBAR. Totally,
cukup memuaskan walau di awal penuh kecurigaan karena kampanye itu tadi. Para
caleg mengambil waktu perkenalan dan kampanye di tengah-tengah pertunjukan, dan
yaa..tak terlalu lama, baguslah. Setidaknya saya pribadi cukup salut dengan
mereka, di tengah gempuran budaya modern mereka masih memerhatikan kesenian
tradisi, yang Alhamdulillah di kota kecil ini masih banyak peminatnya, termasuk
para anak muda. Jangan bandingkan dengan Surabaya, yang katanya ludruk pun
sudah tak ada? Ah yaa..kita bahas nanti-nanti sajaaa…
ini di depan Sri Wedari |
pemain sama para caleg noh |
Nyaris pukul 23.00 pertunjukan usai, dan
sebelum kembali ke terminal untuk pulang ke Surabaya, kami mengisi perut dulu
di pinggiran jalan Slamet Riyadi. Karena sedikit trauma oleh kejadian siang
tadi (nasi goreng kambing Rp 30rb) saya pun bertanya kepada penjualnya sebelum
benar-benar memesan makanan. (tengah) Malam itu kami memilih lesehan yang
menyediakan nasi Liwet dan nasi Gudeg. Satu jam berikutnya kamipun berangkat ke
terminal (lagi-lagi) dengan taxi seharga Rp 30 rb DIBAGI DELAPAN. Murah? NGETZ!
Hahaa
Selasa
dini hari (28 Januari) pukul 00.30
Berangkatlah kami menuju kota Pahlawan
tercinta, dan tiba sama seperti kami tiba di Solo, pukul 05.30
Liburan singkat terDAHSYAT….
Sampai jumpa kawankuuu
Smoga kita selaluuu..menjadi
sebuah kisah klasik untuk masa depaaaan…
Entah kapan kami dapat bertemu, bertukar
cerita, dan membully satu sama lain lagi, yang jelas terimakasih untuk segala
kenangan satu hari dua malam yang teramat berarti J
oke trima kasih untuk liburan 2 mlam satu hari kita... pengen pake bhingitz untuk diulangi lagi.....cerita kamu udah kelar dan kita tunggu punyanya si fery, dan biarlah saya yang menjadi penutupnya......hahahahahahahahaha di tunggu ya gaes....
Pengen diulangi lagi atau pengen ketemu bunga lagi?? #EHH ih kalian berdua lama cyiin...cepetan ah
hmm, finally i read this... aku denger apa yang kalian bicarain.
Hahahahaa...kalian berdua mau ngobrol? Jangan disini :p wkwkwkw XDD