Online Shop makin nge-TOP


Ndin, BB mu dijual nggak?” kalimat tanya itu yang pertama kali terlontar dari mulut mantan teman satu kost saya, yang semalam (17/03/12) bertandang ke kost saya a.k.a kost lamanya. Namanya Bunga, lengkapnya Bunga Anindita. Mahasiswi yang satu angkatan dengan saya di kampus dan fakultas yang sama, namun beda departemen.

Saya pun sedikit shock mendengar pertanyaannya, pikir saya kok bisa-bisanya si Bunga tau kalo saya mau jual ponsel cerdas saya itu (baca: smartphone). Dia pun menjelaskan kalo dia sedang membutuhkan BlackBerry sebagai salah satu gadget yang akan mendukung bisnisnya nanti. Saya masih shock, karena selama hampir dua tahun saya mengenalnya, saya rasa dia tidak sedang berbisnis apapun. Dan dia pun kembali menjelaskan jika dia ingin berjualan melalui medium online a.k.a buka online shop gitu.
Belum sembuh dari shock, dalam hati saya berkata, “makin banyak aja manusia yang berdagang online disekitar saya, udah gitu temen deket semua, bahaya nih, pengeluaran bisa makin banyak gara-gara dipaksa beli dagangan mereka.”

Bagaimana tidak, di kost saya saja sudah ada dua mbak mbak yang ber-online shop ria, yang ketika ada barang baru mereka selalu mempersuasi saya dan penghuni kost lainnya. Masih ada lagi yang paling bahaya, namanya Amel, kost di belakang tempat kost saya, dia temen satu angkatan dan satu departemen, parahnya satu geng pula. Masih ada tiga teman saya juga yang kelakuannya sama seperti mereka. Sebenarnya kenapa sih bisnis online shop ini lagi booming banget ???

kita kan nggak perlu ke toko buat beli apa yang kita mau, jadinya bisa hemat waktu,” papar Astrid, salah satu pelanggan online shop milik teman saya. Selain itu, banyak pelanggan yang mengatakan jika hal ini dapat meningkatkan kemampuan masyarakat dalam menyerap teknologi. Keuntungan tak hanya dirasakan oleh pelanggan, namun juka penjual. Seperti yang dituturkan Amel, “saya tak perlu punya stock barang dalam jumlah banyak seperti toko konvensional.” Bunga pun menambahkan, “saya tidak perlu membayar pajak, sehingga bisa menekan biaya produksi.”

Selain keuntungan, jual beli di dunia maya ini juga tak luput dari kekurangan. Biasanya, konsumen yang baru pertama kali berbelanja secara online akan merasa sedikit cemas. “Pertama kali belanja online, aku deg-degan banget. Takut ditipulah, takut barangnya nggak nyampelah,” tutur Restu yang kini minimal sebulan sekali selalu berbelanja online. “Belanja di online shop itu cuma bisa diliat dari layar komputer aja, jadi kadang-kadang ukuran sama bentuknya kurang pas sama kemauan kita.” tambahnya.
Lagi-lagi pihak penjual juga pasti menemui kekurangan, “ Kendalanya kalau barang lagi kehabisan stock tapi banyak yang minat, jadi aku mesti buru-buru belanja, trus kadang pengiriman TIKI-nya suka terlambat, jadi kadang ada customer yang bawel karena barangnya belum sampai,” ungkap ervina yang selain ber-online shop ia juga berdagang langsung di rumahnya.
Ervina yang sedang berdagang di halaman rumahnya


Segala hal pasti memiliki sisi positif dan negatif, sama halnya dengan cara belanja online yang memang lebih praktis dan efektif, tetapi tetap memerlukan kehati-hatian. Lebih bagus jika ada rekomendasi dari teman atau keluarga yang bisa dipercaya.